Hendra Gunawan

Hanya ingin dikenal dunia….

Merayakan hilangnya waktu?

Posted by Hendra Gunawan on November 15, 2010

Menelusuri kembali blog muhasabah milad saya yang ke 35 (umur penulis/Mas Moio-red) pada postingan ini, membuat saya berfikir akan bentuk perubahan yang saya capai selama setahun ini.  Terngiang jelas wejangan Imam Al Ghazali tentang makna waktu bahwa “Yang terjauh dari diri seorang manusia adalah MASA LALUnya”.

Hari ini, persis 2 hari setelah milad ke 36 tahun hitungan dunia keberadaan saya di dunia fana dan semu ini. 1 tahun berkurang jatah hidup dan 1 tahun bertambah hitungan mundur sisa hidup saya.

Tulisan ini ada diiringi lagu Opick berjudul “Bila waktu telah berakhir” kira-kira syairnya spt ini;

Bila waktu telah berakhir, teman sejati tinggallah amal. Bila waktu telah terhenti teman sejati tinggallah sepi.

Kemudian terngiang di fikiran saya akan nasihat Iman Al Ghazali yang lain bahwa “Yang terdekat dari seorang manusia adalah KEMATIANnya sendiri”. Betapa sebuah nasihat yang luar biasa bermakna, sangat menyentuh dan tentunya sarat dengan ilmu illahi yang sangat dalam untuk digali lebih lanjut. Sebuah perjalanan panjang yang akan saya hadapi nanti, anda juga akan menghadapinya. Pertanyaannya, Are you ready? Ready gak ready yaah musti ready-laah…

Saya teringat pengalaman seorang kawan yang menderita asma, dia menyiapkan obat khusus asma yang dibawanya kemanapun dia pergi dan selalu ada di kantong atau tasnya. Obat itu dipergunakannya pada saat penyakit asmanya kambuh, anytime…anywhere…obat tsb harus selalu ada di dekat dirinya. Kawan saya selalu “menyiapkan” obat tersebut untuk mengantisipasi sesuatu yang tidak di inginkan apabila penyakti asmanya kambuh yang tak kenal tempat dan waktu. Persiapan semakin matang dikala dia melakukan perjalanan jauh untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dinginkannya. Bahkan bukan hanya dirinya yang menyiapkan obat tersebut, seluruh keluarganyapun tak luput dari persiapan dan selalu memberi “warning” kepadanya agar siap sedia dgn obat tsb. Jadi “persiapan” akan kambuhnya penyakit asma tsb bersifat jama’ah karena kepedulian keluarga thd kesehatan dirinya.

Bagaimana sikap kita dengan KEMATIAN kita? Sebuah kondisi yang melebihi kondisi sakit penyakit asma atau bahkan penyakit yang paling parah sekalipun. Sudah seberapa besar persiapan kita untuk KEMATIAN kita? Sudah seberapa peduli keluarga kita untuk mengingatkan dan membantu mempersiapkan diri kita menghadapi KEMATIAN kita? Apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadapi sesuatu yang pasti tersebut. Tidak semua orang mengalami penyakit asma, namun tidak satupun orang yang akan luput dari KEMATIANNYA sendiri. Pintu gerbang menuju tempat yang abadi dan panjang untuk kita jalani. Nerakakah atau Surgakah tempat kembali kita nanti? Hanya 2 tempat itu yang akan jadi muara segala kegiatan kehidupan kita sekarang ini dan alangkah naifnya apabila seorang manusia hanya mempunyai satu tujuan muara kehidupannya, dunia.

Dunia tidak lebih sebagai tempat nongkrong yang tidak berguna yang berisi candaan dan gurauan semata. Allah swt mengingatkan kita akan hal itu dalam surat Al An’am:32.

Dan tidaklah Dunia ini selain permainan dan senda gurau belaka.

Yup! Canda dan gurau belaka KECUALI bagi orang-orang beriman yang mempergunakannya untuk mempersiapkan bekal dengan berbagai kegiatan ibadah, berbagi kebaikan, sedekah dan amal jariyah lainnya. Lalu coba korelasikan ayat di atas dengan ayat lain pada surat Ali Imran: 185 berikut ini:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Bila kita kembalikan pada arti mainstream sebuah milad atau ulang tahun, milad  biasa dirayakan dengan canda tawa, pesta meski kecil-kecilan, berbagi senyum dan bahkan berbagi do’a yang terkesan basa basi karena doa-doa yang dipanjatkan tidak menyebutkan nama Allah dalam pengharapannya. Dikatakan “Semoga panjang umur” dan bukan  ”Semoga Allah memanjangkan umur kamu penuh keberkahan”…dikatakan “Semoga Sukses selalu” dan bukan “Semoga Allah memberikan kesuksesan kepada kamu”. Bukankah itu basa basi namanya?

Pantaskah kita merayakan hilangnya waktu? Sudikah kita merayakan  bertambahnya peluang mendekati kematian? Sudah seberapa siap dan urgentkah kita menanti berakhirnya waktu kita? Sebuah proses tentunya  melebihi sakitnya asma yang kambuh. Are you ready?

Ya Allah, Rabb ku yang Maha Agung dan Maha Tingi…berkahilah sisa umurku ini, matikanlah aku dalam keadaan khusnusl khatimah. Amien.

*disadur dari blog teman sekaligus senior yang selalu mengingatkan “begajul” (kumpulan orang-orang hebat & yang saling menguatkan, yang pernah bekerja atau masih bekerja di Mattel Indonesia) dan sesama saudara Muslim lainnya untuk selalu dekat kepadaNya…http://masmoi.wordpress.com/2010/11/14/merayakan-hilangnya-waktu/

Leave a comment